Lintas Berita 24, Jakarta – Turunnya harga minyak mentah dunia yang sudah menyentuh level US$30 per barel menjadi sinyal bahaya bagi industri minyak dan gas di Indonesia.
Pemerintah didesak untuk segera mengambil langkah-langkah cepat guna mengatasi sejumlah masalah sangat serius yang telah muncul sebagai akibat anjloknya harga minyak.
Wakil Ketua Umum Kamar Dagang Dan Industri (Kadin) Indonesia Bidang Energi dan Migas, Bobby Gafur Umar mengatakan, industri migas serta industri-industri dan jasa penunjang migas akan menjadi sektor yang langsung terdampak, apalagi jika anjloknya harga minyak tersebut akhirnya mengharuskan para kontraktor migas di dalam negeri menghentikan eksplorasi.
“Ini sudah sangat serius. Penurunan harga minyak ini dapat berlanjut hingga bertahun-tahun. Karena itu, Kamar Dagang Dan Industri Indonesia menghimbau pemerintah agar jangan berlama-lama menunggu datangnya dampak lebih besar dari anjloknya harga minyak ini. Segeralah ambil langkah nyata. Perlu ada kebijakan dan kebijaksanaan dari pemerintah untuk membantu para pelaku usaha migas agar bisa bertahan dari minimnya investasi baru dan eksplorasi migas. So, do something, now…,” kata dia di Jakarta, kemarin, Senin (22/2/2016).
Menurut Bobby implikasi nyata anjloknya harga minyak sudah mendera ekonomi Indonesia. “Yang terkena langsung adalah industri migas dan industri dan jasa penunjangnya,” katanya.
Dijelaskannya, International Monetary Fund (IMF) bahkan telah meramalkan, harga minyak akan jatuh hingga US$20 per barel. Beberapa analis meramalkan harga minyak bisa meluncur lebih rendah. Jika ini benar terjadi, akan langsung memaksa sebagian besar perusahaan minyak menutup kegiatan mereka.
“Belum lama ini saya baca artikel di telegraph.co.uk. Economics Correspondent, Peter Spence dalam artikelnya menyebutkan, harga minyak menuju US$ 10, bahkan bisa lebih rendah dari itu. Mengerikan,” kata Bobby.
Sumber : waspada.co.id













