Lintas Berita 24 - Medan – Masih ingat cerita gadis kecil yang merawat ayahnya di atas becak barang? Ya, Aisyah namanya. Dua tahun lalu, Aisyah dan ayahnya hidup jadi pengemis. Dengan becaknya, Aisyah membawa ayahnya keliling kota mengharap belas kasihan orang. Tidak ada rumah, tidur di becak di depan ruko orang.
Siti Aisyah Pulungan, 10 tahun, kini hidupnya lebih baik. Ia dan ayahnya tinggal di Kompleks Perumahan Bougeinville Indah, Desa Sei Mencirim, Deliserdang. Ini rumah bantuan dari jurnalis majalah Property Jakarta dan developer dari Real Estate Indonesia.
Rumah tipe 40 ini sudah dilengkapi tempat tidur, meja makan, kulkas, televisi 40 inci, mesin cuci, perlengkapan dapur, sepeda dan sebuah sepeda motor. Aisyah juga mendapat asuransi pendidikan Rp40 juta plus biaya sekolah Rp10 juta sampai tamat SD.
Sang ayah, M Nawawi Pulungan (56 tahun), menyebutkan total bantuan yang mereka dapat lebih Rp200 juta. Bantuan itu dikumpulkan dari berbagai donatur yang disalurkan melalui Tim Save Aisyah yang digagas oleh Cahyo Pramono.
Kini Aisyah jadi seorang pribadi yang dermawan. Setiap Jumat, bila ada rezeki mereka menyempatkan diri ke Masjid Raya Al-Mahsun memberi sedekah kepada fakir miskin di sepuataran masjid.
“Dulu kan Aisyah juga susah, pernah ngemis. Sekarang gantian Aisyah bantu orang susah,” tutur Aisyah yang sudah kelas 3 SD dan juga sering membagikan nasi bungkus buat anak yatim dan kawannya di dekat Istana Maimun.
“Sedekah itu tidak boleh terhenti. Jangan merasa takut uang kita habis. Karena rezeki Allah yang menentukan. Walaupun susah, yang penting tetap sedekah,” ucap gadis kecil ini.
Pulungan pun mengaku takjub dengan sifat anaknya itu. Meski hidup mereka hanya mengandalkan sisa sumbangan orang, Aisyah sangat dermawan.
“Tak ingin uangnya habis begitu saja, aku membeli angkot bekas. Dari angkot ini harapanku. Dapat setoran Rp50 ribu satu hari kan lumayan. Kalau pun nanti aku mati, angkot itu harapanku untuk hidup si Aisyah,” sebut Pulungan.
Uang Sekolah Raib
Pulungan juga bercerita kejanggalan mengenai uang sekolah Aisyah. Menurutnya, biaya sekolah Aisyah sudah dibayarkan Rp10 juta sampai tamat SD. Setahun berjalan, Aisyah malah dimintai uang oleh pihak sekolah. Menurut kepala sekolah, Aisyah tidak dikenakan biaya dan tidak ada orang datang membayar. Kalaupun ada, hanya untuk uang buku.
Ayah Aisyah juga menanyakan uang bus sekolah Rp800 ribu selama setahun. Katanya, kepala sekolah tidak tahu menahu tentang itu karena bus sekolah bukan bagian dari sekolah. Menurut Pulungan, uang sekolah Aisyah dibayarkan donatur melalui tetangganya bernama Syahrudy.
Merasa ada kejanggalan, Pulungan memindahkan Aisyah ke SDN 101730 Kampung Lalang. Dari penjelasan ayah Aisyah, Syahrudy memang jarang di rumah karena pagi-pagi sudah berangkat kerja. Pun begitu, Pulungan berharap adanya kejelasan dari biaya uang sekolah Aisyah.
Sumber : AUSTIN TUMENGKOL (waspada.co.id)